Politik di Indonesia harus banyak perubahan di bidang
penegakan hukum, contohnya saja kasus korupsi. Sudah tidak terhitung berapa
banyak kasus korupsi di Indonesia, kasus gayus tambunan
saja sudah membuat kita geram, bagaimana bisa tahanan bepergian
sesuka hatinya sampai ke singapura dan bali dengan bebas ? uang zaman sekarang
bisa mebutakan siapa saja yang memilikinya. Uang yang dipakai gayus itu uang
siapa ? pastinya uang hasil korupsi bangsa Indonesia kan ? jadi sekarang siapa
yang bodoh ? bangsa Indonesia atau para koruptor ? karuptur dengan mudahnya
memanipulasi uang hasil kumpulan dari
rakyat Indonesia.
Contoh kasus korupsi yang dilakukan gayus yang dikutip di
situs http://nasional.news.viva.co.id
.
VIVAnews
- Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan menggelar sidang permohonan peninjauan kembali (PK) atas terpidana
kasus pajak Gayus Tambunan, Selasa 16 Oktober 2012. Gayus mengajukan PK atas
vonis 12 tahun yang dijatuhkan padanya.
Pantauan VIVAnews,
Gayus hadir mengenakan kemeja dan celana bahan warna putih. Dia ditemani oleh
setidaknya tiga pengacara.
Menurut Kepala
Seksi Pidana Khusus Kejaksaan Negeri Jaksel Arif Zahrulyani, kehadiran Gayus
itu ukan tanggung jawab mereka karena status yang bersangkutan sudah terpidana.
Termasuk soal pengawalan adalah wewenang pihak lembaga pemasyarakatan.
"Gayus sudah berstatus narapidana. Jadi untuk kehadiran sepenuhnya tergantung penasehat hukumnya," jelasnya.
Seperti diketahui, MA menolak permohonan kasasi yang diajukan Gayus Tambunan. Majelis Kasasi sepakat memperberat putusan terhadap Gayus menjadi 12 tahun penjara. Selain itu, Gayus juga dihukum denda Rp500 juta subsider 6 bulan penjara.
Majelis berpendapat Gayus terbukti bersalah dalam sejumlah tindak pidana. Yakni mengenai perkara keberatan pajak PT Surya Alam Tunggal. Selain itu, Gayus juga didakwa memberi atau menjanjikan sesuatu pada penyelenggara negara yakni Ketua Pengadilan Negeri Tangerang Muhtadi Asnun sebesar US$30.000 dan USD10.00 kepada hakim anggota lainnya.
Gayus juga didakwa memberi suap pada aparat Polisi Arafat Enanie dan Sri Sumartini masing masing US$2.500 dan US$3.500. Sedangkan, Haposan sebagai penasihat hukum juga diberi Rp800 juta dan US$45.000.
Vonis Gayus ini lebih berat dari vonis di Pengadilan Tinggi Jakarta. Jika di Pengadilan Tinggi Jakarta Gayus divonis 10 tahun, MA memperberat menjadi 12 tahun.
"Gayus sudah berstatus narapidana. Jadi untuk kehadiran sepenuhnya tergantung penasehat hukumnya," jelasnya.
Seperti diketahui, MA menolak permohonan kasasi yang diajukan Gayus Tambunan. Majelis Kasasi sepakat memperberat putusan terhadap Gayus menjadi 12 tahun penjara. Selain itu, Gayus juga dihukum denda Rp500 juta subsider 6 bulan penjara.
Majelis berpendapat Gayus terbukti bersalah dalam sejumlah tindak pidana. Yakni mengenai perkara keberatan pajak PT Surya Alam Tunggal. Selain itu, Gayus juga didakwa memberi atau menjanjikan sesuatu pada penyelenggara negara yakni Ketua Pengadilan Negeri Tangerang Muhtadi Asnun sebesar US$30.000 dan USD10.00 kepada hakim anggota lainnya.
Gayus juga didakwa memberi suap pada aparat Polisi Arafat Enanie dan Sri Sumartini masing masing US$2.500 dan US$3.500. Sedangkan, Haposan sebagai penasihat hukum juga diberi Rp800 juta dan US$45.000.
Vonis Gayus ini lebih berat dari vonis di Pengadilan Tinggi Jakarta. Jika di Pengadilan Tinggi Jakarta Gayus divonis 10 tahun, MA memperberat menjadi 12 tahun.
Kita membayar pajak yang seharusnya membangun bangsa
Indonesia malah mensejahterakan para koruptor . apa itu sesuai dengan sila
kelima pancasila yaitu “keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia” tentu
saja tidak kan ? hukum di Indonesia sama sekali tidak adil dan harus banyak
perubahan.
Kenapa orang orang pintar di Indonesia malah pergi keluar negri,
kenapa mereka tidak membanggakan bangsanya ? itu karna mereka semua tidak
dihargai oleh bangsa Indonesia.
Karya mereka ditentang dan dicari kesalahannya, dan yang
mencari kesalahanpun bukan orang yang cerdas, melainkan orang yang memiliki
keberuntungan untuk mengecam karya orang, seharusnya mereka bisa bertanggung
jawab atas apa yang dia lakukan . nyatanya mereka malah membuat Indonesia makin
terpuruk, kenapa orang – orang yang bisa dan berpotensi membangun Indonesia
malah keluar negri dan bekerja disana, padahal Indonesia sangat membutuhkan
kemampuan mereka , seandainya saja semua orang pintar dan cerdas bisa menetap
di Indonesia, pasti bangsa ini bisa jauh lebih maju daripada yang sekarang ,
dan bisa lebih terpandang dimata bangsa bangsa lain.
Seharusnya bangsa indonesia bangga memiliki banyak
kebudayaan yang berbeda beda, seharusnya kita malu bilamana kita dipandang oleh
bangsa lain , bahwa Indonesia merupakan Negara yang jelek. Nama Indonesia di
mata Negara lain sudah cukup popular menyangkut banyaknya adat dan budaya
beserta objek pariwisata yang eksotis dan memukau.
Sila ketiga kita “Persatuan
Indonesia” semakin tenggelam saja di zaman yang serba modern ini.
Untuk apa kita memiliki Negara yang indah namun warga
negaranya tidak bisa mengamalkan dan memanfaatkan kebudayaan yang ada, mereka
marah kalau kebudayaannya di claim oleh Negara lain, contohnya saja saat tari
pendet,reog ponorogo,batik dll di klaim oleh Negara malaisia, padahal
sebelumnya Indonesia malah membangga banggakan produk dan budaya dari negaara
lain.
Banyak anak muda zaman sekarang
lebih suka mempelajari tarian break dance
, shuffle dance, dan gangnam style , padahal di Indonesia masih banyak
sekali kebudayaan yang masih bisa diolah dan dilestarikan, bila disebutkan satu
persatu pastinya akan banyak sekali. Anak anak muda zaman sekarang lebih hafal
lagu-lagu luar negri yang bertemakan cinta disbanding lagu nasional bangsanya,
coba saja tanyakan pada mereka apakah dan siapakah pencipta lagu Nasional dan
Lagu- lagu daerah di Indonesia, saya yakin tidak banyak yang tau.
Seperti saat Malaysia salah
satu Negara tetangga mengklaim Tari Pendet Dari bali
JAKARTA--Malaysia kembali mengklaim budaya Indonesia --
tarian pendet, Bali -- menjadi budaya mereka yang dicantumkan dalam iklan visit
year mereka. Sebelumnya, mereka telah mengklaim angklung, reog Ponorogo, batik,
Hombo Batu, dan Tari Folaya. Budayawan, Radhar Panca Dahana, mengatakan
pengklaiman budaya Indonesia oleh Malaysia untuk kesekian kalinya merupakan
kesalahan pemerintah Indonesia sendiri. "Ya tidak apa-apa lah, kita juga
suka mengambil budaya lain untuk untuk promosi," katanya kepada Republika,
Rabu (19/8).
Ia menilai kecolongan budaya tersebut sebenarnya sebuah cermin atau refleksi. Ia menilai kita terluka dan malu, karena kita sadar sebagai pemilik kebudayaan itu kita tidak memperhatikannya. "Selama ini kebudayaan dipinggirkan, pemerintah dan masyarakat tak lagi peduli," ujarnya.
Sedangkan negara lain, seperti Malaysia, kata Radhar, membutuhkan ekstensi kebudayaan, karena kebudayaan adalah senjata terbaik untuk diplomasi internasional. Potensi bisnisnya bagus. "Malaysia tahu mereka kekurangan budaya, mereka pintar melihat kebudayaan negara tetangganya, dan mereka menghargai budaya untuk mencari keuntungan, sedangkan pemerintah kita tidak peduli. Hanya peduli pada olahraga dan program lainnya," katanya.
Untuk itu, kata Radhar, kedepannya agar Indonesia tidak kecolongan lagi, pemerintah harus perhatikan kebudayaan itu. "Kita majukan budaya kita supaya kita ada di depan, munculkan budaya kita dalam upacara-upacara, acara-acara, jangan lagu-lagu masa kini yang dinyanyikan oleh Presiden kita," tandasnya. she/kpo Berita Terkait : Masyarakat Tahan Diri Soal Tari Pendet Kasus Tari Pendet Pemerintah RI akan Minta Klarifikasi
Ia menilai kecolongan budaya tersebut sebenarnya sebuah cermin atau refleksi. Ia menilai kita terluka dan malu, karena kita sadar sebagai pemilik kebudayaan itu kita tidak memperhatikannya. "Selama ini kebudayaan dipinggirkan, pemerintah dan masyarakat tak lagi peduli," ujarnya.
Sedangkan negara lain, seperti Malaysia, kata Radhar, membutuhkan ekstensi kebudayaan, karena kebudayaan adalah senjata terbaik untuk diplomasi internasional. Potensi bisnisnya bagus. "Malaysia tahu mereka kekurangan budaya, mereka pintar melihat kebudayaan negara tetangganya, dan mereka menghargai budaya untuk mencari keuntungan, sedangkan pemerintah kita tidak peduli. Hanya peduli pada olahraga dan program lainnya," katanya.
Untuk itu, kata Radhar, kedepannya agar Indonesia tidak kecolongan lagi, pemerintah harus perhatikan kebudayaan itu. "Kita majukan budaya kita supaya kita ada di depan, munculkan budaya kita dalam upacara-upacara, acara-acara, jangan lagu-lagu masa kini yang dinyanyikan oleh Presiden kita," tandasnya. she/kpo Berita Terkait : Masyarakat Tahan Diri Soal Tari Pendet Kasus Tari Pendet Pemerintah RI akan Minta Klarifikasi
Bahkan sudah jelas jelas ada
bukti yang kuat Malaysia Negara Tersebut masih saja tidak mau mengaku dikutip di http://news.okezone.com
Kurang lebih seperti ini : JAKARTA - Perwakilan Pemerintah
Malaysia untuk Indonesia menegaskan pihaknya tidak pernah mengklaim Tari Pendet
menjadi bagian dari budayanya. Yang terjadi selama ini hanya salah paham
semata.
Pengakuan di atas disampaikan tiga perwakilan kuasa usaha sementara Kedutaan Besar Malaysia, yaitu Amran Mohammad Zein, Jamil Darus, dan Mohammad Norhisyam Mohammad Yusof saat menemui Menbudpar Jero Wacik serta jajaran pejabat kementrian Departemen Kebudayaan dan Pariwisata di Jakarta, Senin (24/8/2009).
Pengakuan di atas disampaikan tiga perwakilan kuasa usaha sementara Kedutaan Besar Malaysia, yaitu Amran Mohammad Zein, Jamil Darus, dan Mohammad Norhisyam Mohammad Yusof saat menemui Menbudpar Jero Wacik serta jajaran pejabat kementrian Departemen Kebudayaan dan Pariwisata di Jakarta, Senin (24/8/2009).
Nice gan, kalo menurut saya kasus kasus tentang penyimpangan ajaran yang berkaitan dengan pancasila di indonesia ini sangat banyak.
BalasHapusalangkah baiknya kita semua masih memperhatikan aspek penting yang terkandung di dalam nilai pancasila .
keep posting gan.
HEBOOHHHH...perampokan bank makin marak di Eropa, baca di Perampokan Bank di Eropa
BalasHapusmohon bantuannya :D
Kak saya mau nanyak
BalasHapusYang di maksud dengan dinamika perwujudan pancasila di masyarakat secara
A.positif
B.negatig